Laman

Kamis, 21 Oktober 2010

John L. Esposito Lagi....

Oleh Abdul Muid Nawawi
Sumber: www.nuansaislam.com

Setelah membaca ulasan buku yang menarik oleh Fitriah dalam www.nuansaislam.com
yang berjudul Saatnya Muslim Bicara!, tentang buku John L. Esposito yang
berjudul Saatnya Muslim Bicara!, satu kalimat yang tiba-tiba muncul dalam benak
saya adalah: “John L. Esposito Lagi!”. Ya, salah seorang Barat non-Muslim yang
paling sering bicara tentang Islam adalah John L. Esposito, paling tidak untuk
ukuran buku-buku berbahasa Indonesia karena sangat banyak buku-buku Esposito
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sebutlah misalnya Islam dan
Politik yang telah menjadi rujukan klasik tentang politik di dunia Islam yang
diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang pada 1990. Atau buku yang melegenda:
Ancaman Islam: Mitos atau Realitas?, terbitan Mizan, 1994. Lalu salah satu yang
sangat berguna adalah karya besar Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern yang
terdiri dari 6 (enam) jilid dan 2308 halaman. Dalam edisi bahasa Indonesia,
ensiklopedi ini diterbitkan oleh Penerbit Mizan, 2001.


icmijabar.or.idBagi dunia intelektual Islam, Esposito sangat tidak asing.
Spesialisasinya sebagai pakar Islam, politik Islam, dan pengaruh gerakan-gerakan
Islam dari Afrika Utara hingga Asia Tengga dan belakangan juga turut menuangkan
pemikiran dalam hal Islam di Barat, membuat Esposito banyak melahirkan karya
dalam bentuk buku dan artikel. Dalam kepakarannya ini, Esposito dianggap sangat
mampu menampilkan dan mengamati Islam secara objektif sehingga pemikirannya
banyak dirujuk oleh baik umat Islam maupun Barat. Di Indonesia, buku-buku
Esposito diterbitkan oleh penerbit-penerbit semisal Mizan, Bulan Bintang, dan
Paramadina yang bisa dinggap sebagai penerbit dengan ideologi modernisme yang
kental. Namun Esposito juga cukup popular di kalangan mereka yang bisa dianggap
berseberangan ideologi dengan--katakanlah--penerbit-penerbit yang disebutkan
tadi. Bisa disebut di sini, situs www.hidayatullah.com yang dalam salah satu
artikelnya yang berjudul Ketika Islamophobia Landa Amerika, mengutip
pemikiran-pemikiran Esposito dalam kerangka mendukung.

Posisi Esposito yang sering mencoba memahami gerakan-gerakan Islam, termasuk
terorisme, secara empatik, membuatnya dicurigai sebagai seorang apologist for
militant Muslim (pembela Muslim militan). Beberapa kutipan pendapat Esposito
dianggap bernada seperti itu. Misalnya, di suatu ketika Esposito pernah
mengatakan bahwa tidak tepat memfokuskan penyelesaian terorisme dengan mengejar
Osama bin Laden karena banyak persoalan internasional lain yang turut membidani
lahirnya terorisme. Bagi pengeritiknya, Esposito telah memberi “ruang” dan juga
“alasan” bagi para aktivis gerakan Islam lewat pemikiran-pemikirannya.
Dari beberapa buku Esposito yang sempat penulis amati, tampak bahwa pengembaraan
intelektual Esposito ke dunia Islam dan realitas Muslim di dalamnya talah sampai
pada kesimpulan bahwa Islam tidak seragam, tidak monolitik. Karena itu, Esposito
tidak bisa menerima penyamaan begitu saja antara Islam dengan terorisme atau
fundamentalisme. Di dalam buku Esposito yang berjudul Islam: The Straight
Path--yang dalam edisi Indonesia diterbitkan dengan judul (yang tepat): Islam
Warna-Warni--Esposito menggambarkan betapa Islam yang berawal dari sosok jujur
dan sederhana bernama Muhammad telah berkembang jauh menjadi agama nomor dua
dunia dan mempunyai pososi politik yang tidak remeh. Kenyataan bahwa dunia
semakin mengglobal tidak lagi memungkinkan untuk memahami sesuatu--termasuk
Islam--secara parsial. Apalagi dunia global memaksa setiap kelompok manusia
untuk hidup dalam saling ketergantungan. Dalam buku Islam: The Straight Path
yang bertabur ayat-ayat suci Al-Quran yang dikutip penulisnya secara kontekstual
ini, Esposito menegaskan pula bahwa terorisme hanya sebagian kecil dari sejarah
peradaban Islam yang kaya dan panjang. Justru yang terbesar adalah sumbangan
Islam bagi peradaban dunia.
Karena itu, mungkin berlebihan menyebut Esposito sebagai apologist for militant
Muslim, namun lebih tepat disebut sebagai juru bicara Muslim di Barat. Sebutan
ini juga bisa disematkan kepada orang-orang seperti Karen Armstrong dan
Annemarie Schimmel. Dalam buku What Everyone Needs to Know About Islam, Esposito
bahkan berperan sebagai seorang guru Muslim yang mencoba menjelaskan sangat
banyak hal tentang Islam yang sering masih tidak terlalu dipahami dengan baik
oleh Barat seperti tentang keyakinan dan pribadatan orang Muslim, hubungan Islam
dengan agama lain, budaya umat Islam, tentang terorisme dan kekerasan, politik
Islam, hingga bagaimana keadaan umat Islam di Barat. Buku ini disusun dengan sub
judul berupa petanyaan-pertanyaan yang jumlahnya sekitar 90-an dan jawabannya
oleh Esposito adalah isi buku tersebut. Di antara pertanyaan-pertanyaa itu
adalah: Apakah Muhammad sebagai nabi sama dengan nabi-nabi yang ada dalam Bible?
Apa yang Muslim yakini tentang Maryam dan Nabi Isa? Apa itu masjid? Dan banyak
lagi pertanyaan lainnya.

Di tahun 2003, Islam Societies of North America (ISNA) memberikan penghargaan
kepada Esposito atas pendampingan dan dukungannya terhadap nilai-nilai Islam
yang sebenarnya, termasuk upayanya untuk menjelaskan berbagai mitos tentang
masyarakat dan budaya Islam. Di kesempatan itu, Sekjend ISNA, Dr. Sayyid Syeed
memberi gelar kepada Esposito sebagai “Abu Thalib Abad 21”. Ya, Islam awal
mempunyai seorang pembela yang tidak kenal menyerah bernama Abu Thalib, paman
Nabi Muhammad saw..

Di pertemuan itu, Esposito melontarkan komenter pedas kepada umat Islam dan juga
Barat sekaligus. Katanya, “Ada saja orang-orang yang berbicara ketika makan
malam tentang Palestina, Irak atau wilayah-wilayah dunia Islam lainnya yang
dirundung masalah, lalu pulang ke rumahnya dan merasa baik-baik saja.” Esposito
ingin mengatakan bahwa masalah-masalah itu adalah masalah dunia dan juga masalah
seorang Esposito.

Esposito seorang pembela Islam? Ya, benar. Tapi dia Abu Thalib, sebagaimana kata
Dr. Sayyid Syeed. Sebagai orang yang memahami sejarah Islam dengan baik,
Esposito tentu kenal baik siapa Abu Thalib, seorang dengan jasa selangit kepada
perjuangan Islam tetapi--sebagaimana diyakini beberapa kalangan--tidak cukup
membuatnya masuk surga. Apapun itu, Esposito tetap pembela Islam yang sangat
baik.[]

Oleh Abdul Muid Nawawi
Sumber: www.nuansaislam.com

Selengkapnya...

Kamis, 14 Oktober 2010

Karakteristik Ekonomi Syariah

Sobat KaESBI, ane g sengaja nih nemuin (sebetulnya sudah digariskan yah, n_n) artikel ini di republika.co.id, kurang

lebihnya gini ni sob :

Menurut Pak Dr. Irfan Syauqu Belk, paling tidak ada 5 kunci yang

menjadikan keuangan syariah berbeda secara signifikan dengan keuangan

konvensional. Ke 5 nya adalah....jelasin ga ya...


1. Pada keuangan syariah, ada keterkaitan erat antara sektor moneter

dengan sektor riil,

(apa itu sektor moneter & apa itu sektor riil...jujur ane kurang faham

nih, mungkin tmen2 ada yang maw bantu jelasin buat nglengkapin tulisan

ini...n_n),

tapi kata beliau efeknya itu sektor riil akan semakin cepat tumbuh dan

berkembang, implikasinya pada pembukaan lapangan kerja dan penyerapan

angka pengangguran akan jauh lebih besar...(ini nih yang sekarang lagi

bener2 dibutuhin Indonesia, tul gak?) Fakta ini tersaji secara

meyakinkan oleh riset Ayyuniyah, Achsani dan Ascarya (Peneliti PPSK-BI

dan Peneliti Tamu FEM IPB)


2. Adanya faktor etika dan kemaslahatan, sejumlah larangan seperti

larangan maysir (perjudian dan spekulasi) dan gharar (ketidakpastian)

mengindikasikan bahwa moralitas merupakan instrumen yang tidak boleh

diabaikan dalam membangun stabilitas sistem keuangan. (tuh, paramadina

banget kan...moralitas=etika..*nyoba ngepas-ngepasin...)

kata beliau, sebagaimana diketahui bersama, salah satu sumber penyebab

utama instabilitas di pasar keuangan adalah karena keberadaan

aktivitas spekulasi yang mengarah pada perjudian dan ketidakpastian,

terutama di pasar derivatif. (apa itu pasar derivatif...hayo yang tau

dapet hadiah?! *syarat dan ketentuan berlaku n_n) Larangan maysir dan

gharar akan mereduksi kemungkinan terjadinya ketidakstabilan tersebut.


3. Ketiga, adanya semangat kerjasama dan prinsip saling berbagi yang

jelas.


4. pada aspek tata kelola (governance), kesesuaian dengan ajaran Islam

merupakan sebuah keharusan.


5. keuangan syariah juga menjamin adanya aliran kekayaan dari kelompok

the have pada kelompok the have not. (nah lo...Indonesia banget kan,

pancasila : 2. Kemanusian yang adil dan beradab)


jadi, sobat KaESBI paling g tau kan karaktristik dasar ekonomi

Syariah, tapi itu baru sekelumit aja, klo buah sih baru kulitnya...so

semoga kita diberi semangat dan kesempatan untuk lebih menggali

khasanah ekonomi syariah...paparan di atas lengkapnya bisa dibaca di


http://mirror.unpad.ac.id/koran/republika/2010-08-26/republika_2010-0...

Wallahu a'lam

Selengkapnya...